Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf. 1.
Download Kamus Al-Munawwir.PDF karya Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Digital Verbace. “Kamus al Munawir” ini adalah kamus bahasa.
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS Dosen Pembimbing: Dr. Abdul Rouf, Lc, MA HASRUL INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN IV Tahun Akademik 2011 - 2012. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV Pendahuluan Studi-studi keagamaan Islam di Asia Tenggara khususnya di Indonesia memiliki peranan penting dan telah memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini Nampak pada berbagai torehan bersejarah para Cendekiawan dan Ulama dalam berbagai literatur disiplin ilmu. Pada abad ke-16, bahkan mungkin sebelumnya telah ada tulisan-tulisan para Ulama yang didistribusikan secara luas. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia bahkan menyatakan bahwa menjelang abad ke-12 telah ada pusat-pusat studi di daerah Aceh, Palembang di pulau Sumatera, Jawa Timur dan Gowa di Sulawesi yang telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik para siswa untuk belajar.
Analisisnya menunjukkan bahwa pemikiran Islam bangsa Indonesia pada waktu itu memperhatikan masalah-masalah doktrin. Pada masa-masa berikutnya sampai abad ke-20, muncul juga tulisan-tulisan yang yang pandangannya berbau mistik, sementara sebagian lainnya berfokus pada masalah tingkah laku, perbuatan baik serta pengungkapan kembali kisah-kisah, balada dan cerita-cerita pertualangan yang menggunakan simbol-simbol Islam.1 Salah satu karya utama dari perjalanan sejarah ini ialah kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran. Perkembangan penafsiran al-Quran agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-Quran.
Oleh karena itu, proses pemahaman al-Quran terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan penafsiran yang lebih luas dan rinci. 2 Perlu diketahui bahwa pada perkembangan awal, para Mufassir belum mendokumentasikan penafsirannya dalam bentuk buku.
Hal ini dimaklumi karena para mufassir ketika itu sekaligus sabagai juru dakwah yang berperan dalam menyebarkan Islam sehingga kesempatan untu menulis belum terpikirkan. Karena itu, hasil penafsiran mereka hanya berkembang secara lisan. Menjelang abad ke-17, tradisi pembukuan tafsir baru dilakukan yang dipelopori oleh Abdul Rouf Singkel dengan tafsirnya, Tarjuman al-Mustafid. Perkembangan cara penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam bahasa Indonesia terdiri dari tiga generasi,3 yaitu: Generasi Pertama, dimulai kira-kira pada awal abad ke-20 hingga awal tahun 1960-an, Generasi kedua, dimulai sejak pertengahan tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an, dan Generasi ketiga, terhitung setelah tahun 1970-an hingga sekarang. Sesuai dengan kategorisasi Federspiel diatas, maka salah satu karya terjemah dan tafsir di Indonesia yang tergolong dalam generasi kedua adalah Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, seorang ulama kelahiran Sumatera bagian barat. Inilah yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini.
Mudah-mudahan dapat menjadi satu tambahan referensi baru dalam memahami tradisi penafsiran al-Quran di Indonesia. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal.
17-18 2 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 80 3 Howard M.
Federspiel (1996), hal. 129 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 2. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV A. RIWAYAT HIDUP MAHMUD YUNUS a) Latar Belakang Kehidupan Mahmud Yunus Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat.4 Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago.5 Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa keagamaan yang kuat.
Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup memadai sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari. Adapun Ibu Mahmud adalah seorang buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah sebab pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Walaupun demikian ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami.
Kakek Hafsyah adalah seorang ulama yang cukup dikenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan masyarakat dengan Tuanku Kolok. Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.6 Pada saat Mahmud Yunus masih balita, Ayah dan Ibunya bercerai. Ia ikut Ibunya dan hanya sesekali Ayahnya menjenguknya. Itu sebabnya pada usia tujuh tahun (1906), Mahmud Yunus mulai belajar al-Quran pada sang Kakek, Engku Gading yang mendirikan sebuah Surau (semacam pesantren di Jawa).7 b) Pribadi Mahmud Yunus Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna. Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah.
Ia telah berfikir dan berbuat untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu. Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para Ustadz yang mengajarnya.
Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917, Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah ibn Aqil dan Jam’al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar, Kairo.8 Mahmud Yunus memiliki jasa yang sangat besar dalam meningkatkan sistem pendidikan yang masih dapat dirasakan sampai saat ini. 4 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 5 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 2 6 Malta Rina (2011), hal.
3 7 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86 8 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 86 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 3. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV c) Keluarga Mahmud Yunus Mahmud Yunus merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya dan hanya memiliki satu adik perempuan, yaitu Hindun. Mahmud mempunyai lima orang istri,9 yaitu: Istri pertamanya bernama Hj.
Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh dan mempunyai satu orang anak laki-laki yang bernama Prof. Kamal Mahmud, SH yang lahir pada tahun 1923. Istri kedua bernama Hj. Djawahir yang juga berasal dari Payakumbuh dan mempunyai lima orang anak yaitu Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs.H. Hamdi dan Elly.
Istri yang ketiga adalah Karniah dan mempunyai satu orang anak yang bernama Amlas. Ketiga istri Mahmud Yunus tersebut dinikahinya sebelum ia berangkat ke Mesir, maka pada waktu ia pergi belajar ke Mesir Mahmud menceraikan istri yang pertama yaitu Darisah binti Pangeran. Istrinya yang keempat yang bernama Hj.
Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, SH yang lahir tahun 1932, Hj. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Mahmud Yunus menikahi Hj.
Nurjani setelah beliau kembali dari Mesir. Sedangkan Istri Mahmud Yunus yang kelima adalah Hj.
Darisah binti Ibrahim yang mempunyai enam orang anak yang bernama Sufni (meninggal pada waktu masih bayi) yang lahir tahun 1939, Drs. H Yunus Mahmud lahir tanggal 29 November 1940, Dr.
H Hamdi lahir taggal 3 Oktober 1942, Hj. Elina lahir tanggal 1 Februari 1946, Mahdiarti lahir tanggal 6 Maret 1948 dan Chairi lahir tanggal 17 Januari 1951. Darisah binti Ibrahim ini merupakan anak dari mamaknya Mahmud sendiri yaitu H. Berdasarkan data diatas, dari lima istri Mahmud Yunus, beliau memiliki anak sebanyak 18 orang. D) Perjalanan Mahmud Yunus Menuntut Ilmu Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh beliau.
Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan al-Quran. Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya. Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh.
Tahun 1908, Mahmud pun dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.10 9 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal.
6 10 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 4. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam.
11 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919 M di padang panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.12 Ilmu pengetahuan Mahmud Yunus kurang menonjol dalam bidang adat Minangkabau, sehingga H.
Sinaro Sati (Saudara sepupu Ibu Mahmud) menginginkan arahan agama untuk kemenakannya. Melihat perkembangan Mahmud dari kecil, maka Ibrahim pun membantu biaya pendidikan Mahmud Yunus.
Bahkan dia tak berkeberatan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu hingga Mahmud dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.13 Begitu pun Ibunya sendiri yang bekerja sebagai ahli penenun dengan benag emas selalu memberikan dukungan khususnya secara ekonomi. Mahmud Yunus dibawah asuhan H.M Thaib Umar mempelajari beragam kitab. Antara lain, Fath al-Qarib, Iqna’, Fath al-Wahhab, Fath al-Muin, Alfiyah Ibnu Aqil, asymuni, Taftazani, Umm al-Barahin, Balaghah kitab al-Jauhar al-Maknun, Talkhish, jam’u al-Jawami, Ihya Ulumuddin dan Minhaj al-A’bidin. Karena itulah, dalam usia 16 tahun Mahmud Yunus sudah dapat Mengajarkan al-Mahalli, Al-fiyyah Ibn Aqil dan Jam’u al-Jawami.14 Pada tahun 1924 M, Mahmud Yunus mendapat kesempatan belajar di Universitas al-Azhar, Kairo. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan sebagainya.
Hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Setelah lulus dari al-Azhar, Mahmud merasa bahwa ilmu yang didapatkannya hanya tentang Agama dan Bahasa.
Maka ia pun tertarik untuk melanjutkan studinya guna mempelajari ilmu pengetahuan umum. Ia pun masuk ke universitas Darr al-Ulum, Mesir dan tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang masuk Darr al-Ulum. Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar, tahun 1929, ia berhasil memperoleh diploma dengan spesialisasi di bidang pendidikan.15 Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sunggayang Batusangkar. Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang dan keadaan tersebut menggembirakan Mahmud Yunus untuk menghembuskan angin perubahan. Beliau memiliki harapan yang besar untuk menyampaikan segala pengetahuan yang telah didapatnya setelah meninggalkan kampung halamannya kurang lebih 6 tahun. 11 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 12 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal.
198 13 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 4-5 14 Sulaiman Ibrahim (2011), hal.
7-8 15 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 86 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 5. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV e) Karir Mahmud Yunus dalam Dunia Pendidikan Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:16 Memimpin al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami’ah al-Islamiyyah gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar. Memimpin Normal Islam di Padang Normal Islam (Kulliyyatul Mu’allimin alIslamiyyah) didirikan di Padang oleh Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk mendidik calon guru.
Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi dekannya (1957-1960) Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukittinggi Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970 f) Gagasan dan Perjuagan Mahmud Yunus Salah satu tokoh pembaru itu yang melakukan penyesuaian dengan memasukkan ilmu umum dalam kurikulum pendidikan Islam adalah Mahmud Yunus. Untuk lebih lanjut mengenai mengenai gagasan-gagasan dan perjuanagan Mahmud Yunus akan diuraikan dibawah ini, diantaranya: Pembaharuan Metode Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab Mahmud Yunus mencurahkan dirinya untuk mengerahkan potensi, gagasan dan perjuangannya dalam bidang pendidikan Islam. Ini terlihat dari beberapa kiprahnya dalam memajukan pendidikan agama Islam sebagai yang telah dikemukakan diatas.
Beliau menerapkan metodologi baru dalam pengajaran Bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya dengan memadukannya dengan ilmu pengetahuan umum dengan bingkai akhlak al-karimah. Mahmud Yunus adalah peletak dasar pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Ia menekankan pengajaran bahasa Arab karena merupakan pintu masuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ia dikenal sebagai pendidik yang memadukan antara konsep dan praktik. Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Timur merupakan pesantren diluar Sumatera yang pertama kali menerapkan metodologi pengajaran Mahmud Yunus.17 16 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91 17 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 90 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 6.
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV Memasukkan Pelajaran Agama ke Kurikulum Sekolah Pemerintah Salah satu kepeloporan Mahmud Yunus yang hingga saat ini hampir-hampir dilupakan oleh sejarah adalah usaha yang dilakukannya untuk menempatkan mata pelajaran agama Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah. Di masa pemerintahan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Mahmud Yunus terpilih mewakili Majlis Islam Tinggi (MIT) sebagai penasehat Residen (Syu-Cho-Kan) di Padang. Kedekatan Mahmud Yunus dengan pemerintahan inilah yang kemudian dia manfaatkan agar pendidikan agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah. Usulan Mahmud ini dapat dipertimbangkan oleh Jepang untuk diterima. Sejak saat itu pelajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah pada waktu itu dan sekaligus Mahmud Yunus diangkat menjadi pengawas pendidikan agama pada pemerintahan Jepang. Pada waktu yang bersamaan ia juga memimpin Normal Islam di Padang. 18 Upaya untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum (pemerintah) juga dilakukan oleh Mahmud Yunus setelah kemerdekaan.
Melalui proses yang panjang maka usaha tersebut berhasil keluarnya peraturan tentang pendidikan agama Islam telah masuk dengan resmi ke sekolah-sekolah negeri dan berlaku juga untuk sekolah-sekolah partikelir, mulai dari SR, SMP, SMA dan sekolah-sekolah kejuruan. Memperjuangkan Sekolah Agama Pemerintah dan Merintis IAIN Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan agama Islam diantaranya seperti yang telah disebutkan diatas. Hal ini juga terbukti dengan keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951) serta keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang penghargaan ijazah-ijazah madrasah.
Rangkaian usaha Mahmud Yunus selama memegang jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia pada umumnya.19 Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus. Pada waktu ia menjabat sebagai Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, Muncul ide dari Mahmud Yunus untuk menyatukannya dengan Perguruan Tinggi Agama Islam ( PTAIN) di Yogyakarta yang sebelumnya sudah terbentuk juga. Respon Menteri Agama yang pada waktu itu dijabat oleh K.H. Wahib Wahab sangat menyetujui usulan tersebut. Dengan demikian, keluarlah Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama Islam Negeri (IAIN).20 18 Irhash A. Shamad (Tokoh Pendidikan Islam: Prof. Mahmud Yunus, (1899-1982) 19 Ibid, No.
18 20 Ibid, No. 18 Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia 7. TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV B. KIPRAH MAHMUD YUNUS DALAM MENAFSIRKAN AL-QURAN Karya Mahmud Yunus yang paling monumental dan memiliki pengaruh yang luas ialah Tafsir Quran Karim.
Usaha beliau dalam menerjemahkan dan menafsirkan al-Quran merupakan langkah yang cukup berani. Kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran selain bahasa arab pada waktu itu belum dapat diterima oleh semua Ulama bahkan ada yang menganggap hukumnya haram. Mahmud Yunus melakukan terobosan ini sekitar akhir tahun 1922 Masehi yang merupakan bukti bahwa ia benar-benar mahir dalam bahasa Arab. Menurut Howard M.
Federspiel, ada 3 kitab Tafsir yang cukup representatif untuk mewakili tafsir-tafsir generasi kedua (Tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an),21 yaitu: 1) Tafsir al-Furqan, karya Ahmad Hassan 2) Tafsir al-Quran Karya Hamidy, dan 3) Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus Ketiga Tafsir diatas berawal dari karya-karya penting pada generasi penerjemahan pertama pada 25 tahun kedua abab ke-20. Adapun pada uraian berikut akan menyajikan sekilas tentang tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus. A) Eksistensi Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus Tafsir Quran Karim menurut keterangan penulisnya merupakan hasil penyelidikan selama kurang lebih 53 tahun, yaitu sejak penulisnya berusia 20 tahun hingga 73 tahun. Dalam rentang waktu yang cukup lama ini, reaksi keras dan protes terus bermunculan, baik dari kalangan umat Islam secara umum maupun dari kalangan ulama terkemuka sekalipun. Hal ini disebabkan kegiatan penfsiran ketika itu dianggap sebagai perbuatan langka yang diharamkan.
Ada dua ulama besar yang masing-masing dari Yogyakarta dan Jatinegara yang pernah melakukan protes tertulis agar apa yang diupayakan Mahmud Yunus dihentikan.22 Penulisan Tafsir Quran Karim dimulai pada tahun 1922 dan berhasil diterbitkan untuk juz pertama, kedua dan ketiga. Pada tahun 1924, Usaha penulisan untuk sementara waktu berhenti karena penulisnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke al-Azhar, Mesir. Satu pelajaran penting yang penulis dapatkan disana ialah kobolehan menerjemahkan al-Quran dan bahkan dianjurkan agar bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat memahaminya juga.
Setelah penulis dalam hal ini Mahmud Yunus telah menempuh pendidikan di al-Azhar dan Darr al-Ulum, ia pulang ke Indonesia dan kembali melanjutkan usahanya untuk menafsirkan al-Quran.23 Mahmud Yunus melanjutkan usaha ini pada tahun 1354 H / 1935 M dan yang terpenting pada saat itu ialah ia berikan nama Tafsir Quran Karim. Kegiatan penafsiran tersebut diterbitkan 1 juz tiap 2 bulan. Adapun dalam menerjemahkan juz 7 sampai juz 18 dibantu oleh AlMarhum H.M.K.
Pada bulan april 1938 tammatlah 30 juz.24 21 Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal.
129 22 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 84 23 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, Pendahuluan, hal.
III 24 Mahmud Yunus (1981), Pendahuluan, hal.